Rabu, Juni 30, 2021

Kenangan Tiga Tahun Rinjani (2018-2021) Part 3: Pelawangan Senaru - Finish Desa Senaru

Lanjutan kisah pendakian saya yang penuh "TER". Terjauh, terlama, terberat, tertua, dan mungkin... terakhir sebelum memutuskan pensiun alias "gantung carrier": Rinjani (3.726 mdpl), Nusa Tenggara Barat.  Tapi... apakah setelah Rinjani benar-benar akan PENSIUN mendaki?

Catatan: 

HARI KETUJUH (NB: pendakian terhitung hari kelima) Jumat, 29 Juni 2018. Teriring selalu rasa syukur yang tak terhingga kepada Allah Swt., kami menikmati pagi yang indah di Pelawangan Senaru. Sekadar menceritakan bahwa semalaman di sekeliling tanda kami disantroni anjing-anjing liar yang mengendus-endus mencari makanan. Ini mungkin juga ciri khas pendakian Rinjani. Kalau siang sering berjumpa monyet, malamnya anjing liar. Sebagai sesama makhluk Tuhan yang berbagi tempat di Bumi, maka saya tidak keberatan. Jadi biarkan saja. Asal bukan diganggu "penampakan", hehehe... Dan yang penting bagi pendaki: selalu jaga baik-baik barang bawaan serta pastikan tenda tertutup rapat apabila ditinggal tidur atau keluar. Soalnya kalau tenda Anda dimasuki binatang, itu bukan salah mereka, tapi salah sendiri lalai menutup tenda. Hehehe. 

Sementara, sepagian itu kami berfoto dengan berhiaskan panorama Danau Segara Anak di bawah kami serta Gunung Agung nun jauh di seberang sana di Pulau Bali. Jangan lupakan juga kebun edelweiss yang bertebaran bebas di sekitar Pelawangan. Menambah semaraknya pagi. Foto berikut ini diambil tidak lama setelah matahari terbit. Menunggu sampai cuaca agak hangat, baru kami (berani) keluar tenda. Area Pelawangan Senaru memang masih tinggi (2.461 mdpl), jadi dinginnya masih luar biasa!


Sedangkan foto berikut ini diambil tak lama setelah kami bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanan turun ke Desa Senaru, yaitu sekitar pukul 09.00 pagi.

PELAWANGAN SENARU - DESA SENARU. Estimasi perjalanan dari Danau Segara Anak menuju Pelawangan Senaru adalah sekitar tujuh sampai delapan jam.
Akhirnya saat turun gunung pun tiba. Kami mulai berjalan sekitar pukul 09.00. Laporan cuaca nyaris sama dengan kemarin: cerah. Alam sangat ramah. Sekali lagi: Alhamdulillah! Rute yang kami lalui berturut-turut dari atas (berikut waktu mencapainya) adalah Camping Area Cemara Lima sampai sekitar pukul 09.20, Pos 3 Mondokan Maloka sekitar pukul 10.05, Pos 2 Montong Satas sekitar pukul 11.45, Pos 1 sekitar pukul 14.15, dan sampai di Gerbang Senaru sekitar pukul 14.55. Pada sekitar pukul 15.00 kami resmi check-out di Pos Gerbang Senaru. Tapi perjalanan belum selesai. Masih berjalan kaki sampai sekitar pukul 17.00 baru kami benar-benar finish di Desa Senaru (waktu tempuhnya cukup lama karena kami mampir beli oleh-oleh di toko suvenir yang berada di tengah perjalanan Gerbang Senaru dan Desa Senaru). Subhanallah, walhamdulillah, wallahuakbar! Dengan demikian pendakian Rinjani selama lima hari empat malam dapat dikatakan khatam dengan sukses!  

*Dokumentasi perjalanan dari Pelawangan Senaru menuju Camping Area Cemara Lima (pukul 09.00 - 09.20):

*Dokumentasi perjalanan dari
Camping Area Cemara Lima menuju 
Pos 3 Mondokan Maloka (pukul 09.20 - 10.00, NB: termasuk rehat):
*Dokumentasi perjalanan dari Pos 3 Mondokan Maloka menuju Pos 2 Montong Satas (pukul 10.00 - 11.40, NB: termasuk rehat):
Di antara Pos 3 Mondokan Maloka dan Pos 2 Montong Satas ini kami melintasi hutan yang punya ciri khas, yaitu pada beberapa pohon setiap sekitar 20 meter ada yang diberi plat logam bertuliskan nama pohon (beserta nama Latinnya) serta nomor urut pohon-pohon tersebut. Karena berjenis hutan heterogen, maka sekelompok pohon satu dengan yang lain berbeda-beda. Sesuai dokumentasi foto saya, nomor urut pohon mulai dari atas adalah 340 (mohon dikoreksi kalau salah) dan seterusnya ke bawah. Jadi, kalau nomor urutnya semakin mengecil maka akan semakin dekat dengan Gerbang Senaru. Demikian kurang lebih. 
Dan di Pos 2 Montong Satas ini kami rehat cukup lama. Selain ber-conversation sama turis-turis yang kebetulan kami temui di situ (tapi lupa berasal dari negara mana), sedangkan Jefri malah iseng bercanda sama nyemot, hehehe...

*Dokumentasi perjalanan dari Pos 2 Montong Satas menuju Pos 1 (pukul 11.40 - 
14.15, NB: termasuk rehat):
Trash bag Rinjani, nih. Colek dong!
Btw foto Darto dari belakang keren yaa... tampak trash bag yang otentik hanya ada di Gunung Rinjani (sekadar mengulang informasi bahwa trash bag tersebut dibagikan di basecamp Sembalun pada waktu berangkat). Sayangnya waktu sampai basecamp Senaru trash bag itu harus dikembalikan (setelah sampahnya dibuang di tempat yang disediakan), tidak boleh diminta (meski waktu itu saya mau membayar), padahal bagus buat kenang-kenangan.

*Dokumentasi perjalanan dari Pos 1 menuju Gerbang Senaru (pukul 14.15 - 14.55, NB: termasuk rehat):
Darto berfoto di papan penunjuk jarak pendakian rute Senaru
FINISH!
Akhirnya... pada sekitar pukul 15.00 kami pun melapor untuk check out pada petugas Gerbang Senaru. Selepas itu, kami resmi sebagai salah satu dari sekian pendaki ALUMNUS RINJANI. Mengingat dua tahun lalu saya terbaring di rumah sakit karena habis operasi (NB: bahasa medis penyakitnya "kolik abdomen") berlanjut dengan bed rest dua-tiga bulan, belum lagi sakit pinggang dan gastritis yang sesekali kambuh menyerang, ternyata di usia 45 pada tahun 2018 saya diizinkan Allah (dengan restu anak-istri juga tentunya) untuk mendaki Gunung Rinjani. Benar-benar karunia yang tiada terhingga. Sekali lagi, beribu-ribu Alhamdulillah! 
"Maka, nikmat Tuhan yang mana yang akan kamu dustakan?"
(petikan QS Ar rahman).  
Special Tribute: Gempa Lombok
Turut prihatin dengan gempa besar berkekuatan 7 skala Richter yang melanda dan meluluh-lantakkan Pulau Lombok dan sekitarnya pada akhir Juli 2018. Siapa sangka, pada 29 Juni 2018 kami melewatinya dan tepat sebulan setelahnya gerbang itu ambruk akibat gempa tersebut. 
Sungguh, tiada sehelai pun daun jatuh selain atas sepengetahuan Allah Swt. Kita tidak punya kuasa apapun tentang apa yang akan terjadi kecuali atas perkenan-Nya semata. Semoga kita semua mendapat perlindungan dan ampunan dari-Nya. Aamiin... Keep strong Lombok!

...Lanjut cerita perjalanan turun menuju Desa Senaru.
Dengan perasaan bebas merdeka (karena baru dikukuhkan sebagai Alumnus Rinjani, hehehe) kami melangkah mantap meninggalkan Gerbang Senaru. Kami melewati perkampungan kecil di sekitarnya, diselingi perkebunan warga (terutama kebun kopi), juga mampir agak lama untuk beli oleh-oleh di toko suvenir. Saya juga sempat ngasih ransum yang tidak termakan ke anjing-anjing yang ada di sekitar tempat itu. Semua terabadikan dengan indah.
Berbagi dengan sesama makhluk Tuhan. Mereka memang binatang najis terutama air liurnya, namun bukan berarti tidak boleh dikasihani!
Pasar kecil di sekitar Gerbang Senaru.
Darto "menginspeksi" cengkih hasil bumi warga sekitar. Hehehe...
Di antara rimbunnya perkebunan warga sekitar.
Dari sini Darto melepas sepatunya kemudian bertelanjang kaki alias "nyeker", soalnya kakinya lecet. Apalagi sebelum berangkat jempolnya sudah "canthengen". Tapi ini anak memang keras kepala meski kaki sakit kuat juga dipakai naik-turun Rinjani lima hari empat malam. Hehehe...
Melintasi kebun kopi milik warga setempat. Kopi Senaru terkenal enak, lho! Tak lupa kami membeli beberapa bungkus untuk oleh-oleh.







Di toko suvernir saya beli kaos Rinjani. Sampai sekarang saya simpan, jarang pakai. Disayang-sayang buat koleksi. Soalnya kalau rusak, susah buat beli seperti itu lagi. Meski ada yang jual di toko online, tapi saya belinya langsung di tempat kejadian perkara. Jadi lebih otentik. Mengingat jarak dan usia, susah kayaknya mengulang pendakian Rinjani lagi.











Setelah itu kami melintasi gerbang lama Senaru, barulah kemudian sampai di Desa Senaru. Kami terpisah menjadi dua rombongan, Jefri dan duo temannya dari Rembang ke Kampung Adat, tempat kami pertama mendarat di Desa Senaru sekaligus tempat menitipkan motor. 

Sementara saya dan Darto langsung menuju masjid terdekat. Soalnya belum salat Zuhur sekalian dijama Asar. Padahal hari ini harusnya salat Jumat. Maklumlah, musafir kan? Hehehe...

Saya dan Darto memutuskan menginap di salah satu rumah penduduk yang juga berfungsi sebagai basecamp pendaki milik Pak Nursaat. Alasannya, selain dekat masjid juga ada toko kelontong serta kamar mandi gratis. Menginapnya pun gratis. Luar biasa memang Desa Senaru ini, masih banyak fasilitas yang bebas biaya. bertolak belakang dengan Desa Sembalun, masuk toilet saja harus bayar. Tapi ya maklumlah, namanya juga tempat wisata ramai. 

Nah, demikian kisah pendakian Gunung Rinjani dengan rute: Desa Sembalun - Pelawangan Sembalun - Puncak Dewi Anjani Rinjani - Pelawangan Sembalun - Danau Segara Anak - Pelawangan Senaru - Desa Senaru yang memakan waktu tempuh lima hari empat malam.

Apakah dengan ini cerita petualangan di Pulau Lombok sudah berakhir? Tentu saja belum! Masih ada tentang air terjun, menggelandang di Kota Mataram, dan perjalanan berlayar pulang kembali dengan KM Legundi ke Pulau Jawa. Nantikan!
  

Tidak ada komentar: